KONSEP
HUMAS OPINI PUBLIK TERHADAP TRANSPORTASI ONLINE DAN TRANSPORTASI KONVENSIONAL
Tugas :Manajemen Humas
Oleh :Ulfa Maya Syafira (201423069)
Winda Agista P. (201423050)
Kelas : 3 H (HUMAS)
Dosen : Pipit Fitriyah S.Ikom., MM
Fenomena transportasi online dan konvensional akhir-akhir
ini menjadi perbincangan hangat bagi masyarakat di kota-kota besar Indonesia. Dalam
waktu yang cukup singkat, transportasi online bisa mempesona pengguna masyarakat
yang beralih dari transportasi konvensional ke transportasi online. Dengan
banyak manfaat yang didapat dengan online yaitu harga yang lebih murah dan
tidak perlu ke terminal atau menunggu lama di halte, cukup pesan lewat aplikasi
yang terdapat pada smartphone. Penumpang bisa langsung menggunakan transportasi
online lebih efektif dan harga cukup murah serta sampai ditempat tujuan. Ini
menguntungkan bagi masyarakat modern yang selalu menggunakan smartphone
dikesehariannya dan selalu mendahulukan yang praktis dan efisien, tentu
fenomena transportasi online ini disambut baik oleh sebagian besar masyarakat
ibu kota. Sehingga tidak jarang para supir atau ojek konvensional yang beralih
kerjaan ke online, dengan segala keuntungan dan kelebihan yang dijanjikan para
perusahaan transportasi online, hingga tak jarang jika transportasi online
sangat diminati sekarang ini oleh masyarakat.Namun dibalik kemudahan yang
diberikan oleh transportasi online, terdapat kontra dari pengemudi transportasi
konvensional yang tidak berminat untuk beralih ke transportasi online dan
mengakibatkan kasus atau krisis antara pengemudi konvensional dan transportasi
online. Itu awal terbentuknya opini publik terhadap munculnya fenomena
transportasi online, terdapat pro dan kontra.
Opini Publik
adalah Memahami opini seseorang, apalagi opini publik bukanlah sesuatu hal yang sederhanan. Dengan sendirinya
pembentukan opini publik dibentuk oleh publik yang selektif, karena itu untuk
setiap masalah selalu ada publiknya sendiri- sendiri. Karena opini sendiri
mempunyai kaitan yang erat dengan pendirian (attitude). Suatu sikap atau
attitude; kata Cutlip dan Center, adalah kecendrungan untuk memberikan respon
terhadap suatu masalah stausituasi
tertentu (Satropoetro, 1990:40).
Opini publik menurut William Albiq adalah suatu jumlah
dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini
publik merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu publik. Emory S.
Bogardus dalam The making of Public Opinion mengatakan opini publik hasil
pengintegrasian pendapat berdasarkan
diskusi dalam masyarakat demokratis (Olii, 2007:20).
Bila dalam suatu kehidupan masyarakat ada suatu masalah
yang menyangkut kepentingan umum maka pada diri setiap orang muncul gejolak
kejiwaan. Gejolak kejiwaan tersebut yang kemudian diekspresikan lewat
pergunjingan di lingkungannya. Opini/pendapat yang dikemukakan manusia terdiri
dari berbagai jenis, diantaranya adalah:
1.
Opini Perorangan, dimana opini yang
dikemukakan oleh seseorang secara terbuka di muka orang lain yang sedang berada
dalam kelompok baik formal/informal.
2.
Opini Pribadi, yakni opini yang
dikemukakan oleh seseorang kepada orang lain yang mempunyai hubungan yang dekat
dengannya atau dipercayainya.
Pendapat/opini pribadi mengandung unsur intimidasi/keakraban.
3.
Opini Publik, yaitu kesatuan pendapat yang
timbul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan dan membicarakan isu
yang kontroversial.
4.
Opini/Pendapat Umum, adalah opini yang
dihasilkan oleh suatu lembaga pengumpulan pendapat umum tentang suatu isu.
5.
Opini Khalayak, pendapat yang sudah
menetap/mengendap dalam masyarakat, telah dipengaruhi oleh berbagai norma
budaya dan bersifat statis (Sastropoetro,1990:1-3).
Dalam
strategi komunikasi Humas/PR perlu dipahami bahwa aktivitas penyelenggaraan
penyampaian pesan melalui komunikasi dua arah timbal balik antara lembaga atau
organisasi yg mewakilinya dengan publik sasarannya dan bertujuan untuk
menciptakan rasa saling pengertian, menghargai, mempercayai serta toleran.
Semua itu dilakukan untuk
mendapatkan dukungan publik dan memperoleh citra positif bagi lembaga
bersangkutan
Pengertian Opini Publik
1. Membentuk Citra Baru
Upaya memperkenalkan diri kepada khalayak
merupakan stretegi komunikasi yang mutlak dilakukan. Memperoleh pengikut
bukanlah persoalan yang mudah, sebab dewasa ini orang menyamakan dirinya dengan
orang lain atau pihak lain tidak semata-mata mengikuti aspek “kebutuhan nyata”,
tetapi lebih berperan dalam keputusannya adalah “rasa membutuhkan”. Mungkin
dalam kenyataannya masyarakat membutuhkan produk tersebut, tetapi kalau tidak
ada rasa membutuhkan masyarakat tidak akan mendekati produk tersebut. Maka,
yang menjadi persoalan ialah bagaimana merumuskan nilai-nilai penting yang bisa
mendekatkan produk dan institusinya atau perusahaannya kepada segmen pasar.
2. Mempertahankan Citra
yang Sudah Terbangun
Mempertahankan citra lebih sulit daripada
membangun citra, karena ketika citra sudah terbangun biasanya akan mengundang
pesaing dan kompetisi. Muncullah ujian mempertahankan citra yang sudah mapan
dengan kerja pola yang lama dan sudah publik. Dalam situasi citra terpuruk,
pembelaan diri tidak ada gunanya. Prasangka negatif publik tidak bisa
memaksakan diri mengatakan hal yang sebenarnya. Diam adalah tindakan yang
paling terbentuk pengikut yang setia/fanatik. Kerika memutuskan untuk mengubah
citra resikonya harus membangun strategi komunikasi dari awal lagi.Dalam
mempertahankan citra, yang perlu diperhatikan bagaimana menyusun pesan tidak
terkesan ambisius, mengundang konflik (mencari musuh).
3. Memperbaiki Citra yang
Sedang Terpuruk
Ketidakpercayaan publik terhadapa produk
yang ditawarkan menciptakan tuntutan tepat dilakukan untuk membiarkan opini
publik menurunkan tensinya, karena publik memiliki titik kejenuhan dalam
mengikuti opini publik tertentu. Ketika publik sudah jenuh, bahkan sudah
melupakan dan beralih kepada opini publik lain, barulah strategi berkomunikasi
dengan publik disusun kembali.
4. Menguatkan Citra
Karena Kekuatan Pesaing
Karena kuatnya citra pesaing, situasi
tersebut dapat merugikan organisasi dan berakibat lesunya penjualan dan
mengalami penurunan keuntungan.
Seringkali dampak yang dilakukan dalam persaingan cenderung emosional
dan semakin merusak citra. Menghancurkan pesaing dengan merusak merek dagang
pesaing melalui iklan dapat merusak citra sendiri.
Analisis Konsep-Konsep Opini Publik
1. Elemen pokok dalam membentuk opini publik
1.
Adanya issue
Salah
satu faktor atau elemen yang membentuk sebuah opini publik adalah adanya sebuah
issue. Dengan adanya sebuah issue yang cukup fenomenal, masyarakat dapat
menilai dan membuat subuah opini. Dari kasus diatas, issue yang ada adalah munculnya
layanan
angkutan berbasis teknologi tersebut dirasakan telah menggerus penumpang
angkutan umum maupun penumpang ojek pangkalan. Keluhan ini telah dirasakan
sejak 2014. Maraknya kehadiran transportasi online tidak terlepas dari adanya
kebutuhan angkutan umum yang lebih aman, nyaman, dan terjangkau bagi kelas
menengah. Penumpang Uber dan Grab adalah mereka yang sebelumnya naik transportasi
reguler atau mobil pribadi sehingga menjadi
suatu isssue atau fenomena tersendiri.
2.
Adanya
kelompok yang dikenal dan terlibat
Dalam
kasus atau fenomena Transportasi online ini, jelas ada beberapa kelompok yang
dikenal dan cukup terlibat. Aksi demo yang terjadi merupakan akumulasi kekecewaan para
pengemudi angkutan umum atas menjamurnya layanan transportasi berbasis aplikasi
teknologi, baik untuk roda maupun roda dua. Kehadiran transportasi Uber dan
Grab secara fungsional merebut pasar transportasi regular atau konvensional
yang memiliki izin (legal) usaha transportasi. Sementara transportasi Uber dan
Grab tidak memiliki izin usaha transportasi. Dengan terjadinya demo di berbagai
daerah dari transportasi konvensional berarti bahwa ini kasus yang cukup
serius.
3.
Adanya
pilihan yang sulit
Dalam
kasus Transportasi
Online dan Transportasi Konvensional ini, publik dihadapkan pada suatu
pilihan yang sulit untuk menilai kasus ini. Di satu sisi kehadiran
online tidak terlepas dari adanya kebutuhan angkutan umum yang lebih aman,
nyaman, dan terjangkau bagi kelas menengah. Penumpang Uber dan Grab adalah
mereka yang sebelumnya naik transportasi reguler atau mobil pribadi. Mereka
pindah ke layanan transportasi online karena tarifnya lebih murah, mudah, dan
cepat aksesnya. Selain itu, memakai kendaraan pelat hitam dari segi prestise
lebih prestisius. Terlebih bila harus menemui relasi yang kadang butuh basa
basi penampilan. Bagi mereka yang semula naik mobil pribadi dan pindah ke transportasi
online, karena dari segi biaya lebih murah dengan tingkat kenyamanan dan
keamanan yang sepadan.di sisi yang lain, pada kasus Transportasi konvensional
versus online, ada persoalan legal dan ilegal, sehingga pemerintah dapat
berpihak secara jelas. Tapi, pada ojek pangkalan versus ojek online sama-sama
ilegal. Karena sama-sama ilegal, maka memiliki hak hidup yang sama.
4.
Suatu
pernyataan/opini
Dari kasus atau fenomena Transportasi
Online dan Transportasi Konvensional , ada beberapa pernyataan atau opini dari beberapa
pihak yang cukup bervariatif. Diantaranya banyak masyarakat yang beranggapan Transportasi
Online banyak kelebihan dibandingkan Transportasi konvensional yang kurang
memerhatikan dari segi keamanan, kenyamanan, keselamatan bagi para penumpang.
Namun bagi pengguna setia Transportasi konvensional mempunyai alasan tersendiri
karena sudah menjadi rutinitas sejak dulu dan dipastikan pengemudi sudah tau
rute atau jalannya.
5.
Jumlah orang
yang terlibat
Dalam
kasus ini, banyak orang yang terlibat bahkan hampir seluruh masyarakat yang
membuat opini mereka masing-masing tentang munculnya Transportasi online dan
tetap pada Transportasi konvensional. Balik lagi itu pilihan masing-masing
masyarakat hanya masalah legal dan ilegal izin dari pemerintah tentang
Transportasi online maupun Konvensional yang tidak terdaftar pada kasus ojek
online dan ojek konvensional,
karena ojek pangkalan pun dapat bergabung di ojek online. Kecuali itu,
secara yuridis, ojek pangkalan dengan ojek online sama-sama tidak diatur dalam
UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ). Dengan
adanya kasus ini mau tidak mau ojek atau pengemudi konvensional pun menjadi
perbincangan di masyarakat.
Kesimpulan :
Berdasarkan pengertian diatas fenomena Transportasi
Online dan Transportasi Konvensional ini memunculkan beragam opini publik, ada
yang negatif dan positif di kedua organisasi tersebut. Kita yang seharusnya
tahu akan tekhnologi seharusnya tidak membuat situasi tidak baik kepada mereka,
padahal mereka tetap mencari nafkah dengan cara yang baik dan justru malah
membuat demo menuntut keadilan pemerintah akan lahan Transportasi konvensional
yang direbut oleh Transportasi Online. Jangan sampai ada oknum-oknum yang
memanfaatkan keadaan semakin mengeruh. jangan sampai masalah rezeki seseorang
dianggap mengambil rezeki orang lain, karena pada dasarnya telah diberikan
rezekinya masing-masing. Lambatnya respons pemerintah dalam menyediakan
regulasi yang jelas dan adil untuk semua pihak, membuat persoalan ini
berlarut-larut. Jika pengemudi Konvensional tidak ingin kehilangan pelanggan
harusnya bisa lebih memperbaiki sistemnya. Para sopir masih mengusung tuntutan
lama yaitu menuntut pemerintah agar menutup bisnis mobil berbasis aplikasi,
khususnya GrabCar dan Uber. Sebaliknya, penyedia aplikasi transportasi online
seperti GrabCar, bersikeras bahwa mereka bukanlah perusahaan transportasi,
melainkan perusahaan penyedia aplikasi. Pro dan kontra ini tak hanya terjadi di
dunia angkutan umum. Semua sektor terimbas. Mereka sama-sama berkontraksi untuk
mencari titik keseimbangan baru. Banyak usaha yang tumbang, namun banyak pula
inovasi baru yang tumbuh berkembang.