Kamis, 30 Maret 2017

STUDI KASUS TENTANG OPINI PUBLIK


KONSEP HUMAS OPINI PUBLIK TERHADAP TRANSPORTASI ONLINE DAN TRANSPORTASI KONVENSIONAL



Tugas   :Manajemen Humas

Oleh    :Ulfa Maya Syafira (201423069)

              Winda Agista P. (201423050)

Kelas   : 3 H (HUMAS)

Dosen  : Pipit Fitriyah S.Ikom., MM



            Fenomena transportasi online dan konvensional akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat bagi masyarakat di kota-kota besar Indonesia. Dalam waktu yang cukup singkat, transportasi online bisa mempesona pengguna masyarakat yang beralih dari transportasi konvensional ke transportasi online. Dengan banyak manfaat yang didapat dengan online yaitu harga yang lebih murah dan tidak perlu ke terminal atau menunggu lama di halte, cukup pesan lewat aplikasi yang terdapat pada smartphone. Penumpang bisa langsung menggunakan transportasi online lebih efektif dan harga cukup murah serta sampai ditempat tujuan. Ini menguntungkan bagi masyarakat modern yang selalu menggunakan smartphone dikesehariannya dan selalu mendahulukan yang praktis dan efisien, tentu fenomena transportasi online ini disambut baik oleh sebagian besar masyarakat ibu kota. Sehingga tidak jarang para supir atau ojek konvensional yang beralih kerjaan ke online, dengan segala keuntungan dan kelebihan yang dijanjikan para perusahaan transportasi online, hingga tak jarang jika transportasi online sangat diminati sekarang ini oleh masyarakat.Namun dibalik kemudahan yang diberikan oleh transportasi online, terdapat kontra dari pengemudi transportasi konvensional yang tidak berminat untuk beralih ke transportasi online dan mengakibatkan kasus atau krisis antara pengemudi konvensional dan transportasi online. Itu awal terbentuknya opini publik terhadap munculnya fenomena transportasi online, terdapat pro dan kontra.

             Opini Publik adalah Memahami opini seseorang, apalagi opini publik bukanlah sesuatu hal  yang sederhanan. Dengan sendirinya pembentukan opini publik dibentuk oleh publik yang selektif, karena itu untuk setiap masalah selalu ada publiknya sendiri- sendiri. Karena opini sendiri mempunyai kaitan yang erat dengan pendirian (attitude). Suatu sikap atau attitude; kata Cutlip dan Center, adalah kecendrungan untuk memberikan respon terhadap suatu masalah stausituasi  tertentu (Satropoetro, 1990:40).

            Opini publik menurut William Albiq adalah suatu jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu publik. Emory S. Bogardus dalam The making of Public Opinion mengatakan opini publik hasil pengintegrasian  pendapat berdasarkan diskusi dalam masyarakat demokratis (Olii, 2007:20).

            Bila dalam suatu kehidupan masyarakat ada suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum maka pada diri setiap orang muncul gejolak kejiwaan. Gejolak kejiwaan tersebut yang kemudian diekspresikan lewat pergunjingan di lingkungannya. Opini/pendapat yang dikemukakan manusia terdiri dari berbagai jenis, diantaranya adalah:

1.      Opini Perorangan, dimana opini yang dikemukakan oleh seseorang secara terbuka di muka orang lain yang sedang berada dalam kelompok baik formal/informal.

2.      Opini Pribadi, yakni opini yang dikemukakan oleh seseorang kepada orang lain yang mempunyai hubungan yang dekat dengannya atau  dipercayainya. Pendapat/opini pribadi mengandung unsur intimidasi/keakraban.

3.      Opini Publik, yaitu kesatuan pendapat yang timbul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan dan membicarakan isu yang kontroversial.

4.      Opini/Pendapat Umum, adalah opini yang dihasilkan oleh suatu lembaga pengumpulan pendapat umum tentang suatu isu.

5.      Opini Khalayak, pendapat yang sudah menetap/mengendap dalam masyarakat, telah dipengaruhi oleh berbagai norma budaya dan bersifat statis (Sastropoetro,1990:1-3).

            Dalam strategi komunikasi Humas/PR perlu dipahami bahwa aktivitas penyelenggaraan penyampaian pesan melalui komunikasi dua arah timbal balik antara lembaga atau organisasi yg mewakilinya dengan publik sasarannya dan bertujuan untuk menciptakan rasa saling pengertian, menghargai, mempercayai serta toleran. Semua itu dilakukan untuk mendapatkan dukungan publik dan memperoleh citra positif bagi lembaga bersangkutan

Pengertian Opini Publik

1. Membentuk Citra Baru

       Upaya memperkenalkan diri kepada khalayak merupakan stretegi komunikasi yang mutlak dilakukan. Memperoleh pengikut bukanlah persoalan yang mudah, sebab dewasa ini orang menyamakan dirinya dengan orang lain atau pihak lain tidak semata-mata mengikuti aspek “kebutuhan nyata”, tetapi lebih berperan dalam keputusannya adalah “rasa membutuhkan”. Mungkin dalam kenyataannya masyarakat membutuhkan produk tersebut, tetapi kalau tidak ada rasa membutuhkan masyarakat tidak akan mendekati produk tersebut. Maka, yang menjadi persoalan ialah bagaimana merumuskan nilai-nilai penting yang bisa mendekatkan produk dan institusinya atau perusahaannya kepada segmen pasar.

2. Mempertahankan Citra yang Sudah Terbangun

       Mempertahankan citra lebih sulit daripada membangun citra, karena ketika citra sudah terbangun biasanya akan mengundang pesaing dan kompetisi. Muncullah ujian mempertahankan citra yang sudah mapan dengan kerja pola yang lama dan sudah publik. Dalam situasi citra terpuruk, pembelaan diri tidak ada gunanya. Prasangka negatif publik tidak bisa memaksakan diri mengatakan hal yang sebenarnya. Diam adalah tindakan yang paling terbentuk pengikut yang setia/fanatik. Kerika memutuskan untuk mengubah citra resikonya harus membangun strategi komunikasi dari awal lagi.Dalam mempertahankan citra, yang perlu diperhatikan bagaimana menyusun pesan tidak terkesan ambisius, mengundang konflik (mencari musuh).

3. Memperbaiki Citra yang Sedang Terpuruk

       Ketidakpercayaan publik terhadapa produk yang ditawarkan menciptakan tuntutan tepat dilakukan untuk membiarkan opini publik menurunkan tensinya, karena publik memiliki titik kejenuhan dalam mengikuti opini publik tertentu. Ketika publik sudah jenuh, bahkan sudah melupakan dan beralih kepada opini publik lain, barulah strategi berkomunikasi dengan publik disusun kembali.

4. Menguatkan Citra Karena Kekuatan Pesaing

       Karena kuatnya citra pesaing, situasi tersebut dapat merugikan organisasi dan berakibat lesunya penjualan dan mengalami penurunan keuntungan.  Seringkali dampak yang dilakukan dalam persaingan cenderung emosional dan semakin merusak citra. Menghancurkan pesaing dengan merusak merek dagang pesaing melalui iklan dapat merusak citra sendiri.


Analisis Konsep-Konsep Opini Publik


1.    Elemen pokok dalam membentuk opini publik

1.        Adanya issue

            Salah satu faktor atau elemen yang membentuk sebuah opini publik adalah adanya sebuah issue. Dengan adanya sebuah issue yang cukup fenomenal, masyarakat dapat menilai dan membuat subuah opini. Dari kasus diatas, issue yang ada adalah munculnya layanan angkutan berbasis teknologi tersebut dirasakan telah menggerus penumpang angkutan umum maupun penumpang ojek pangkalan. Keluhan ini telah dirasakan sejak 2014. Maraknya kehadiran transportasi online tidak terlepas dari adanya kebutuhan angkutan umum yang lebih aman, nyaman, dan terjangkau bagi kelas menengah. Penumpang Uber dan Grab adalah mereka yang sebelumnya naik transportasi reguler atau mobil pribadi sehingga menjadi suatu isssue atau fenomena tersendiri.

2.        Adanya kelompok yang dikenal dan terlibat

            Dalam kasus atau fenomena Transportasi online ini, jelas ada beberapa kelompok yang dikenal dan cukup terlibat. Aksi demo yang  terjadi merupakan akumulasi kekecewaan para pengemudi angkutan umum atas menjamurnya layanan transportasi berbasis aplikasi teknologi, baik untuk roda maupun roda dua. Kehadiran transportasi Uber dan Grab secara fungsional merebut pasar transportasi regular atau konvensional yang memiliki izin (legal) usaha transportasi. Sementara transportasi Uber dan Grab tidak memiliki izin usaha transportasi. Dengan terjadinya demo di berbagai daerah dari transportasi konvensional berarti bahwa ini kasus yang cukup serius.

3.        Adanya pilihan yang sulit

            Dalam kasus Transportasi Online dan Transportasi Konvensional ini, publik dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit untuk menilai kasus ini. Di satu sisi kehadiran online tidak terlepas dari adanya kebutuhan angkutan umum yang lebih aman, nyaman, dan terjangkau bagi kelas menengah. Penumpang Uber dan Grab adalah mereka yang sebelumnya naik transportasi reguler atau mobil pribadi. Mereka pindah ke layanan transportasi online karena tarifnya lebih murah, mudah, dan cepat aksesnya. Selain itu, memakai kendaraan pelat hitam dari segi prestise lebih prestisius. Terlebih bila harus menemui relasi yang kadang butuh basa basi penampilan. Bagi mereka yang semula naik mobil pribadi dan pindah ke transportasi online, karena dari segi biaya lebih murah dengan tingkat kenyamanan dan keamanan yang sepadan.di sisi yang lain, pada kasus Transportasi konvensional versus online, ada persoalan legal dan ilegal, sehingga pemerintah dapat berpihak secara jelas. Tapi, pada ojek pangkalan versus ojek online sama-sama ilegal. Karena sama-sama ilegal, maka memiliki hak hidup yang sama.

4.        Suatu pernyataan/opini

Dari kasus atau fenomena Transportasi Online dan Transportasi Konvensional , ada beberapa pernyataan atau opini dari beberapa pihak yang cukup bervariatif. Diantaranya banyak masyarakat yang beranggapan Transportasi Online banyak kelebihan dibandingkan Transportasi konvensional yang kurang memerhatikan dari segi keamanan, kenyamanan, keselamatan bagi para penumpang. Namun bagi pengguna setia Transportasi konvensional mempunyai alasan tersendiri karena sudah menjadi rutinitas sejak dulu dan dipastikan pengemudi sudah tau rute atau jalannya.



5.        Jumlah orang yang terlibat

            Dalam kasus ini, banyak orang yang terlibat bahkan hampir seluruh masyarakat yang membuat opini mereka masing-masing tentang munculnya Transportasi online dan tetap pada Transportasi konvensional. Balik lagi itu pilihan masing-masing masyarakat hanya masalah legal dan ilegal izin dari pemerintah tentang Transportasi online maupun Konvensional yang tidak terdaftar pada kasus ojek online dan ojek konvensional,  karena ojek pangkalan pun dapat bergabung di ojek online. Kecuali itu, secara yuridis, ojek pangkalan dengan ojek online sama-sama tidak diatur dalam UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ). Dengan adanya kasus ini mau tidak mau ojek atau pengemudi konvensional pun menjadi perbincangan di masyarakat.







Kesimpulan :

            Berdasarkan pengertian diatas fenomena Transportasi Online dan Transportasi Konvensional ini memunculkan beragam opini publik, ada yang negatif dan positif di kedua organisasi tersebut. Kita yang seharusnya tahu akan tekhnologi seharusnya tidak membuat situasi tidak baik kepada mereka, padahal mereka tetap mencari nafkah dengan cara yang baik dan justru malah membuat demo menuntut keadilan pemerintah akan lahan Transportasi konvensional yang direbut oleh Transportasi Online. Jangan sampai ada oknum-oknum yang memanfaatkan keadaan semakin mengeruh. jangan sampai masalah rezeki seseorang dianggap mengambil rezeki orang lain, karena pada dasarnya telah diberikan rezekinya masing-masing. Lambatnya respons pemerintah dalam menyediakan regulasi yang jelas dan adil untuk semua pihak, membuat persoalan ini berlarut-larut. Jika pengemudi Konvensional tidak ingin kehilangan pelanggan harusnya bisa lebih memperbaiki sistemnya. Para sopir masih mengusung tuntutan lama yaitu menuntut pemerintah agar menutup bisnis mobil berbasis aplikasi, khususnya GrabCar dan Uber. Sebaliknya, penyedia aplikasi transportasi online seperti GrabCar, bersikeras bahwa mereka bukanlah perusahaan transportasi, melainkan perusahaan penyedia aplikasi. Pro dan kontra ini tak hanya terjadi di dunia angkutan umum. Semua sektor terimbas. Mereka sama-sama berkontraksi untuk mencari titik keseimbangan baru. Banyak usaha yang tumbang, namun banyak pula inovasi baru yang tumbuh berkembang.

Rabu, 15 Maret 2017

Studi Kasus Pesawat Lion Air Yang Delay

WINDA AGISTA PERTIWI
201423050
HUBUNGAN MASYARAKAT
TUGAS MANAJEMEN HUMAS

ANALISIS LION AIR YANG DELAY

Analisis kasus delay berkepanjangan pesawat Lion Air, banyak penumpang yang dirugikan dan banyak konflik yang terjadi.  Dalam hal ini faktor hal tersebut adalah tentang kegagalan Planing, Organizing, Leading dan Controling yang dialami saat penerbangan pesawat Lion air. Penundaan penerbangan yang menyebabkan kekecewaan pada para penumpang, sehingga terjadi beberapa kegagalan rencana yang dialami para penumpang tersebut.
Permasalahan yang menyebabkan penundaan penerbangan yaitu:                          
1)         Perencanaan (Planning)
Jauh sebelum kejadian seperti ini terjadi seharusnya perusahaan seharusnya sudah memikirkan rencana kalau seandainya kejadian seperti ini akan terjadi. Akibat kegagalan pemikiran perencanaan (Planning) perusahaan untuk mengatasi masalah yang terjadi akibatnya para penumpang mengalami kegagalan terhadap beberapa rencana mereka serta hilangnya kepercayaan penumpang terhadap perusahaan lion air dan mindset penumpang terhadap perusahaan menjadi negatif.  

2)         Pengorganisasian (Organizing)
Ketidaksiapan pengorganisasin (organizing) perusahaan dalam menanggapi masalah yang terjadi berakibat fatal. Seharusnya perusahaan memberikan beberapa organisasi kelompok untuk ditempatkan ditempat beberapa bagian. Seperti ada kelompok untuk yang memberitahukan kepada para penumpang jika akan ada penundaan keberangkatan, dan ada juga kelompok yang menangani tiket penumpang yang ingin di refund karna penumpang merasa di rugikan karena delay yang berkepanjangan.

3)         Pembimbingan (Leading)
Semua anggota organisasi seharusnya melakukan pengarahan kebawahan agar arah tujuan tercapainya penyelesain masalah yang sedang dihadapi. Melakukan pengarahan jika memang dari awal perusahaan sudah tau jika beberapa pesawat mengalami kerusakan dan memberitahukan kepada penumpang agar bersiap-siap jika ada beberpa pesawat yang mengalami kerusakan, sehingga para penumpang tidak terlalu kecewa dan bergegas pindah pesawat.
4)         Pengontrolan (Controling)
Kurangnya kontrol terhadap pencegahan masalah oleh perusahaan pesawat Lion Air. Seharusnya perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar mengontrol masalah yang di hadapi seperti dengan cara secepatnya membawa pesawat cadangan ke bandara yang pesawat di bandara tersebut yang mengalami kerusakan agar tidak terjadinya delay yang berkepanjangan seperti saat ini.

PERAN PUBLIC RELATIONS  
Peran public relations diperusahaan sangat penting karna membangun citra yang positif bagi perusahaan atau organisasi untuk melakukan komunikasi yang baik dari pihak internal dan juga eksternal. Peran public relations perusahaan harus melakukan pemulihan citra dan upaya meraih kembali kepercayaan dari masyarakat dengan cara mengadakan promo tiket untuk masyarakat yang ingin berpegian keluar kota atau keluar negri dan dari pihak perusahaan juga akan mengatikan uang penumpang secara full dan memberikan tiket gratis kepada penumpang lion air agar tidak merasa dirugikan dan peran public relations juga mengadakan conferensi pers kepada media terkait kasus delay yang berkepanjangan dan merugikan banyak masyarakat.  

KESIMPULAN  
Peran public relations juga sangat penting bagi perusahaan untuk membangun citra yang positif serta mempertahankan citra perusahaan agar tetap baik di mata publik Seharusnya dari pihak perusahaan harus mempersiapkan Planing, Organizing, Leading dan Controling serta adanya komunikasi kepada staff pegawai baru di publikasikan kepada calon penumpang Lion Air agar tidak terjadinya kasus yang sama seperti ini. Perencanaan strategi yang baik dan penyelesaian kasus yang baik mampu memerlukan keadaan perusahaan yang tadi nya buruk menjadi kembali seperti semula, oleh dari itu perusahaan membutuhkan seorang PR (Public Relations) untuk meredakan konflik yang ada serta memulihkan citra yang baik bagi perusahaan.